Thursday, 20 December 2012

Socmed & Romantisme

"Ih, pengen deh kayak si A dan B, mesra bangett loh.."
"kok tau??"
"emang kamu nggak baca twitternya?"


"Si C sama si D itu pasangan kompak.."
"oiya? pernah ketemu dimana?"
"liat aja status atau wall2annya."

-__-


Kalau saja indikator kemesraan dan keakraban sebuah pasangan adalah kemunculannya di social media, maka saya dan suami akan masuk layer bawah dalam pemeringkatan pasangan termesra dan terakrab.
Suami saya bukan orang yang gaptek, tapi juga bukan peminat gadget. Gadget yang dia punya adalah handphone nokia model agak lama (entah seri berapa) yang jelas bisa opera mini dan senter, komputer tablet merk smartfren dan blackberry curve 3 G yang baterenya sudah saya ambil alih. Kalo online, situs yg dibuka adalah detik.com, vivanews, BBC, dan lain2, yang jelas semuanya berita. Nggak pernah sengaja online cuma buat update status. Akun twitter yang dia punya pun cuma follow dua orang, saya dan kantor kami :).

Jadi, mana pernah dia nge-wall saya, "Love you, sayang.." atau ngetweet, "lagi berduaan sama cintaku @RiyaAdril"

Teruuuusss... kami jadi nggak masuk kategori mesra? hehehe. Sempit sekali pemikirannya.
Rasanya hampir 24 jam kami menghabiskan waktu bersama, walau tidak selalu di ruangan yang sama. Kalo mau saya post semua tweet tentang kebersamaan kami, mungkin follower saya bakal langsung unfollow karena tweet2 saya memenuhi timeline mereka. :D

Tidak ada yang tau bahwa inbox hp saya penuh dengan hujanan kata2 sayang dari suami. Itu private, dan tak semua orang mesti tau. Ditambah belaian ketika ketemu lampu merah (karena suami saya nyetir), lalu panggilan dia yang lemah lembut, itu lebih bermakna, jauh lebih bermakna ketimbang kicauan di twitter atau facebook.

Social media adalah media untuk bersosialisasi, itu menurut saya. Sering terhenyak membaca tweet2 para ustadz mengenai kehati2an dalam ber-socmed, karena sedikiiit saja, mungkin muncul rasa sombong atau ingin pamer ketika kita 'berkicau'.

Ada yang bilang juga, "buat manas2in, biar yang lain juga pada nikah". Saya sih nggak kepikir gimana caranya, karena ketika saya belum menikah (saya tidak pernah menjalin hubungan dengan nama apapun dan dengan siapapun kecuali setelah khitbah, satu bulan sebelum pernikahan), saya kok sama sekali nggak terpancing dengan tweet2 atau postingan2 bernada 'kompor'. Maksud saya, ketika membaca tweet2 begitu, langsung pengen nikah. Nggak deh ya...

Buat saya, itu bukan cara untuk memahamkan orang lain bahwa pernikahan harus disegerakan. Toh, saya yakin, yang belum menikah itu bukan semata2 tidak mau, tapi karena memang jodohnya belum datang. Dan saya jauuuuh lebih menghargai mereka yang menjaga diri untuk tidak membuka hubungan apapun sebelum ijab-qabul ketimbang gembar-gembor pernikahan yang sakinah, mawaddah, warohmah, dengan embel2 tweet "alhamdulillaaah, tinggal seminggu lagi yaa @namacalonsuami".

Hanya pendapat saja, akibat gemes ngeliat temen2 yang menyalahartikan fungsi socmed.

Setelah menikah, saya mulai paham, bahwa romantisme pasangan itu tercipta dari hubungan antar dua orang tersebut, dari tatapan mata, belaian, sentuhan lembut, kata2 mesra, dan lain-lain. Dan saya tidak melihat adanya 'penumpahan perasaan' kepada pasangan di socmed sebagai salah satu indikator tinggi-rendahnya romantisme sebuah pasangan. Karena saya dan suami tidak pernah melakukan itu, tetapi saya merasa kami cukup romantis untuk dibandingkan dengan edward cullen dan bella swan.

Sekali lagi, hanya pendapat saja.

Thursday, 13 December 2012

Hamil


21 September 2012, saya menikah melalui proses singkat namun khidmat.

Setelah menikah, mbak2 dikantor mengajari saya menghitung masa subur. Saya perhatikan, tapi tidak strictly diterapkan. Kami berkomitmen untuk tidak menunda punya anak, namun kami ingin menikmati dulu masa2 menjadi pengantin baru :), tanpa embel2 apapun.

20 Oktober 2012, badan terasa nggak enak banget. Pusing, mual. Awalnya ngira karena capek. Sempet menduga2 hamil karena belum dapet menstruasi, padahal bulan sebelumnya dapet di tanggal 24 dan biasanya maju 5-7 hari.

Kerja disambung kuliah setiap malem bikin waktu tersisa cuma untuk tidur di malam hari, apalagi sejak pindah ke rumah sendiri, lokasinya lumayan jauh, dan kami cuma tinggal berdua. Otomatis pekerjaan rumah tangga pun dikerjakan pagi sebelum berangkat atau malem setelah pulang. Meski lelah, saya sangat bahagia dengan pernikahan ini. Dan alhamdulillah, suami saya bukan tipe lelaki yang ingin setiap hal dilayani oleh istrinya. Suami saya juga tidak pernah segan membantu saya mengerjakan pekerjaan rumah.

22 Oktober 2012, iseng beli test pack. Besok paginya dipake, dan muncul strip dua :).

Kami masih belum bereaksi. Aktivitas masih seperti biasa. Tapi belakangan memang mual dan sering nggak enak badan.

6 November 2012, ke dokter kandungan. Biasanya pasangan2 lain langsung ke dokter abis nyoba testpack. Karena keterbatasan waktu, kami baru bisa 2 minggu setelahnya, itupun ngambil waktu kerja, dan dokternyapun nyari yang deket kantor aja.

Alhamdulillah, kantung kehamilan sudah ada, diperkirakan usianya sekitar 6 minggu, tapi dokter juga menemukan kista dalam rahim saya. Dokternya sih santai. Beliau bilang, liat perkembangannya, harusnya nanti si kista mengecil seiring besarnya janin. Dan saya pun nggak dikasih obat apapun untuk kista itu, cuma dikasih suplemen dan obat anti mual.

9 November 2012, begitu sampai kantor, terasa ada yang keluar. Pas ngecek ke kamar mandi, ternyata flek seperti sisa menstruasi bulanan. Langsung telepon suami, minta anter pulang kerumah mama saat itu juga. Cemas, takuuut sekali. Begitu sampe dirumah mama, langsung disuruh tidur2an, dan mama nelpon dokter kandungan langganan kakak saya. Beliau menenangkan, dengan bilang hal itu biasa, tapi harus istirahat dulu, malem nanti beliau suruh kami dateng ke tempat prakteknya.
Malemnya, setelah diperiksa, alhamdulillah baik2 saja, tapi harus istirahat total, nggak boleh ngapa2in, minimal satu minggu.



Keputusan besar kami buat malem itu : cuti kuliah, dan pindah kerumah mama untuk sementara waktu.

Sejak hari itu, saya sama sekali tidak mengerjakan pekerjaan rumah, seperti masak, nyuci baju, nyuci piring, dll. Alhamdulillah punya suami dan keluarga yang begitu perhatian. Suami nggak pernah ribut kalo saya pulang kantor langsung tidur-tiduran tanpa bikinin teh hangat, atau saya nggak menyambut dia sepulang kuliah di malem hari karena kelelahan. Suami juga nggak pernah protes kalo saya lebih suka jajan dibandingkan berinovasi bikin menu baru seperti yang biasa dilakukan ibu2 muda. Alhamdulillah.

13 Desember 2012, kehamilan saya memasuki minggu ke-11. Terakhir ke dokter, janinnya baik2 saja, detak jantungnya juga sudah kuat.

Ada banyak hikmah yang saya dapat dari kehamilan ini. Aktivitas yang berkurang membuat saya lebih sering menghabiskan waktu di rumah, bercengkerama dengan orang tua, yang dulu setelah menikah hampir tidak pernah saya lakukan karena waktu yang tidak memungkinkan. Jadi berasa, sekarang kena semua. Suami oke, keluarga pun oke (fyi, mertua saya tinggal di luar kota). Saya juga jadi menikmati aktivitas saya sehari-hari. Kalo dulu, harus berbagi pikiran dengan kuliah yang setiap hari, apalagi kalo sedang musim ujian atau tugas yang menumpuk, pasti nggak fokus sana-sini.

Nafsu makan luar biasa, mualnya juga luar biasa. :)
Dulu mama pernah bilang, "hamil itu segala rasa ada", saya sih manggut2 aja.
Sekarang baru ngerti apa yang mama bilang. Semua rasa. Badan nggak enak, pusing, mual, pengen makan ini-itu, tiba2 pengen nangis, nggak suka bau2 menyengat, pegel sana-sini, mudah lelah, semua rasa pokoknya..

Alhamdulillah, Alloh ijinkan saya merasakan semua ini. Semua kenikmatan dalam proses untuk menjadi seseorang. IBU.

Banyak orang yang begitu ingin punya anak, bertahun2 menikah, tapi belum dipercayaNYA. Kami hanya hitungan hari, bahkan kami belum sempet rasakan honeymoon keluar kota, jalan berdua, alhamdulillah sudah dititipkan Alloh amanah luar biasa ini.

Dan hanya rasa syukur yang senantiasa terucap dari kami diiringi doa agar kelak anak kami lahir dengan sehat, selamat, sempurna, lengkap, jasmani dan rohaninya, fisik dan mentalnya. Aaamiin ya robbal 'alamin.

Wednesday, 12 December 2012

Lelaki

Dulu..
Lelaki itu pernah kusebut ketika bercerita sama mama tentang pengalamanku dikantor
Lelaki itu beberapa kali menjadi teman ngobrol sekilas, pasti tentang kerjaan
Lelaki itu sering bertanya tentang teman2ku yang juga dikenalnya
Lelaki itu yang jarang sekali kutemui karena memang tak pernah ada urusan dengannya

Siapa sangka??

Sekarang..
Lelaki itu yang sibuk dengan kelambunya karena tak rela seekor nyamuk pun menghisap darahku
Lelaki itu yang dengkurnya setiap malam mengisi kamarku
Lelaki itu yang memelukku setiap pagi dan sore ketika akan berangkat dan sudah pulang kerja



Lelaki itu, enam bulan lagi (insyaAlloh) akan dipanggil ayah oleh anak dalam rahimku.

Tuesday, 11 December 2012

Pertama

Bismillah. My first post.

Dulu punya blog di multiply, riyaadryaadril.multiply.com, tp g aktif lagi sejak multiply dijadiin blog khusus jualan.



Banyak yang ingin diceritakan, tapi bingung memulai dari mana :D.



Nama saya Riya, umur 24 tahun. Putri kedua dari tiga bersaudara.

Tiga bulan yang lalu saya menikah. Sekarang sedang hamil 11 minggu. Betapa Alloh sayang sama makhluknya.

Rasanya malu kalo keinget semua anugerahNYA. g semua sih, karena tak terhingga sekali jumlahnya.



Dia tau tapi menunggu. Dulu pernah merasa ditinggalkan oleh teman2 yang sudah duluan menikah. Rasanya seperti ketinggalan kereta. Hingga sampai pada satu titik dimana saya sadar bahwa Alloh punya hak veto atas itu. Kemudian saya mulai menikmati kesendirian itu. Menikmatinya dengan menghabiskan waktu dan kelebihan uang dari penghasilan saya untuk keluarga, dan tak lupa juga, bergaul bareng temen2.



Dia tau tapi menunggu. Setelah semua target2 saya tercapai, saya 'ditawari' guru ngaji saya untuk menikah. Prosesnya tak sampai sebulan hingga pernikahan berlangsung. Berselang minggu saja, Dia titipkan generasi penerus kami. Speechless. Rahmat itu tak putus sedikitpun.



Semua proses yang saya jalani, saya yakin adalah ketetapan dariNYA yang harus tetap kita perjuangkan. Namun, keputusan akhir ada ditanganNYA. Betapa kejadian2 yang saya alami begitu sistematis, urutannya pas, waktunya tepat, sehingga saya begitu menikmati setiap hari yang saya lewati.