Wednesday, 18 December 2019

Umroh - Part 1, Persiapan

Akhir Oktober kemarin saya dan suami melakukan perjalanan dalam rangka ibadah umroh. Perjalanan ini sudah kami rencanakan jauh hari, alhamdulillah Alloh pilihkan waktu saat kondisi kami sudah benar2 siap. Siap dari segi finansial, waktu, terutama kondisi anak2 yang harus kami tinggalkan selama 9 hari.

Oiya, perjalanan ini adalah perjalanan pertama berdua (saja) sejak kami menikah. Kami ga sempat bulan madu karena keterbatasan cuti dan kerepotan kepindahan setelah menikah. Lalu merencanakan jalan2 di bulan berikutnya, tapi Alloh sudah menitipkan calon bayi rafs, dan kami memutuskan untuk ga jalan2 selama hamil. Setelahnya, bisa ditebak, kemanapun kami pergi, anak2 pasti ikut :D.

Persiapan keberangkatan ini ada banyak, saya coba sebutin part2 besarnya yaa..

Pertama, cari agen travel. Ini penting banget, karena semua diurus oleh mereka. Harus cari yang terpercaya, karena sudah terlalu banyak kasus soal agen umroh yang mangkir, dan berujung penipuan. Kami memilih Zafa Tour dan Travel. Tahun lalu, mertua juga berangkat dengan Zafa, dan testinya ga mengecewakan. Kami tau Zafa dari Ustadz Musliman. Beliau adalah ustadz yang menjadi perantara saat kami ta'aruf dulu, kami mengenal beliau dengan sangat baik, jadi insyaAlloh bisa dipercaya. Salah satu kelebihan Zafa adalah penerbangan langsung Palembang-Medina. Pertimbangan utama kami adalah efisiensi. Selain soal cuti yang terbatas, kami juga berat meninggalkan anak2 terlalu lama.

Sama kayak tour dan travel lain, banyak paket yang ditawarin Zafa. Ada paket hemat, biasanya ini transit via Kuala Lumpur atau Singapura. Ada juga yang transit Turki. Untuk paket2 tersebut, sudah pasti menambah panjang waktu perjalanan. Kami mengambil paket reguler 9 hari, dengan biaya Rp 23 juta, trus ambil tambahan Rp 2,5 juta per orang untuk bisa sekamar berdua. Jadi total Rp 25,5 juta, dikurang Rp 350 ribu, karena kami sudah punya paspor (semua paket di Zafa sudah termasuk biaya pembuatan paspor, jadi harga paket akan dikurangi kalo kita sudah punya paspor).

ini bagian belakang name tag jamaah, semua data ada disana
Persiapan kedua adalah pembuatan paspor. Bagi yang sudah punya, bagian ini bisa di-skip. Bagi yang belom punya, Zafa memfasilitasi pembuatan paspor ini. Oiya kelewat, salah satu keunggulan Zafa juga, setiap minggu Zafa memberangkatkan ratusan orang untuk umroh, bahkan dalam sebulan, pasti ada satu atau dua pemberangkatan yang sepesawat khusus jamaah Zafa semua. Jadi keteteran? Nggak juga sih, setiap 50 orang ada 1 pembimbing dari Palembang dan 1 pembimbing dari Arab.

Persiapan ketiga adalan vaksin meningitis alias kartu kuning. Ini jadi salah satu syarat untuk kita berangkat ke luar negeri, untuk pencegahan penyakit meningitis yang memang mematikan. Vaksin ini berlaku 2 tahun, dan harus disuntikkan paling lambat 2 minggu sebelum keberangkatan. Kalo di Palembang, layanan vaksin ini bisa didapet di Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Siapi-Api. Kami termasuk yang beruntung, karena baru2 ini sistem disana direformasi. Jadi sistem pelayanannya sudah online semua, cepet dan ga pake antri2.

Caranya, kita daftar via website KKP, pilih waktu sesuai dengan yang kita inginkan. Setelah itu, tinggal dateng ke KKP dengan membawa syarat2 sesuai yang tertera di website. Sampe sana kita registrasi ke loket dan langsung bayar. Mereka ga menerima pembayaran tunai, jadi harus pake m-banking atau mesin edc mereka (cuma ada BNI). Untuk yang ga punya, mereka akan suruh kita bayar di kantor pos terdekat, yang mana jaraknya lumayan jauh. Setelah selesai registrasi, untuk perempuan dengan usia produktif akan disuruh tes kehamilan. Setelah itu, langsung disuntik, dapet kartu kuning, dan selesai. Kalo ditotal, waktu yang diperlukan untuk menjalani semua rangkaian cuma sekitar 30 menit. Biayanya adalah Rp 305 ribu untuk umum, ada tambahan 25 ribu untuk wanita usia produktif.

Persiapan keempat adalah manasik. Sebenernya ini ga wajib. Manasik umroh bisa kita peroleh dari internet atau buku2. Zafa ngadain manasik 2 minggu sebelum keberangkatan. Selain tentang semua tata caranya, saat acara itu juga ada pembagian kelompok dan briefing singkat soal keberangkatan.

Persiapan kelima adalah ke dokter kandungan. Ini khusus untuk perempuan dengan usia produktif, yaitu untuk minta obat penunda haid. Sebenernya kalo yang siklusnya tepat dan jadwal keberangkatan bukan di jadwal haid, tanpa obat ini juga aman2 aja. Kalo saya, siklusnya 25-28 hari. Pas dihitung2, tanggal keberangkatan ini malah di tanggal saya harusnya haid, makanya saya harus minum obat penunda haid. Dokter kandungan yang saya temui ngasih saya obat yang lumayan banyak. Jadi menurut beliau, karena pas di tanggal haid, saya sudah harus minum 2 minggu sebelumnya untuk menekan hormon. Obatnya 2 kali sehari. Saya teratur banget minumnya, sampe bikin alarm. Berhasilkah? Nanti kita bahas di part selanjutnya yaa :D.

Persiapan keenam adalah beli paket untuk HP. Kami beli paket untuk 1 nomor HP aja, suami kekeuh pengen nyobain beli kartu disana. Kami beli paket dari XL, yang bisa untuk internet, telepon, dan sms. Harganya sekitar 300ribu, beli lewat Traveloka ada diskon. Persiapan ini juga opsi yaa, soalnya di hotel2 tempat kami nginep, wifinya kenceng kok. Kalo lagi di mesjid, ya ga buka hape juga kan. Biasanya perlu kalo kami mau saling menghubungi, misal setelah solat, suami terlambat ke tempat janjian karena harus ke kamar mandi, dll. Suami beli kartu disana, harganya 30 riyal, atau sekitar Rp 120 ribu.

Okedeh, cukup dulu tentang persiapan keberangkatan. Persiapan2 diatas semua yang melibatkan pihak lain yaa.. Kalo yang untuk diri sendiri dan keluarga yang ditinggal sesuai kondisi masing2 aja. Yang utama, memperbanyak ibadah dan berdoa tentu, supaya semua diberi kekuatan dan kemudahan.

Semoga part berikutnya ga lama2 banget dipost >_< . Aamiin.

tempat yang selalu dirindukan

Thursday, 17 October 2019

many years to go


Tahun ini tujuh tahun pernikahan kami. Dari awalnya hanya berdua aja, sekarang rumah kami rame dengan tambahan 3 bocah ganteng soleh yang bikin rumah ga pernah sepi. Tempat tidur dikamar yang tadinya cuma 1 queen bed, sudah ditambah kasur 2 tingkat, yang kalo malem penuh semua space-nya, tapi pagi pas bangun, semua kumpul di 1 tempat tidur paling kecil, nempel sama saya kayak magnet. Udah berasa jadi cewek paling laku didunia, direbutin 4 cowok sekaligus :D.

my squad
Saya masih inget dulu saya berniat menikah muda, tapi sampai umur 24 tahun, ga juga ada tanda2 akan menikah. Saya masih tetep kekeuh untuk ga menjalin hubungan apapun yg tujuan akhirnya bukan untuk pernikahan. Sampai di satu titik saya merasa lelah, merasa ingin istirahat dari pikiran untuk 'kapan jodoh datang'. Justru disaat itulah, guru ngaji saya menjadi perpanjangan tangan Tuhan mengirimkan jodoh untuk saya.

Terlalu banyak cerita tentang dia kalo mau dijabarin satu per satu :). 

Dia yang ga pernah menuntut saya mengerjakan semua pekerjaan rumah. Sejak di tahun pertama kami menikah, dia sudah mencari orang untuk membantu semua pekerjaan rumah tangga. Dia yang paling protektif dengan saya dan anak2. Kalo saya lagi hamil, kerjaan saya sepulang kantor, ya cuma istirahat. Dia yang paling cerewet kalo soal keselamatan anak2, mereka harus diawasi penuh saat bermain, supaya ga terluka atau digigit serangga :').

bff
Dia selalu ada untuk saya dan anak2. Guru2 anak2 saya saat sesi konseling selalu bilang beruntungnya saya mempunyai suami yang ikut campur di urusan mendidik anak2. Kok mereka tau? Karena ayah hampir selalu ada di momen2 penting mereka di sekolah, juga karena anak2 selalu memasukkan ayah di cerita mereka. Ayah yang galak untuk urusan adab dan prinsip, tapi yang paling dicari setiap anak2 bangun tidur. Ayah yang frekuensi marahnya lebih dari ibu, tetapi yang selalu disambut penuh suka cita saat pulang kerumah.

Dia ayah yang setiap malam mengulang pelajaran anak kami yang sudah SD, mengajari setiap mata pelajaran. Saat ditawari gurunya untuk mengikuti les mengulang pelajaran di sekolah, saya bertanya pendapatnya, lalu dijawab "kapan lagi kita punya kesempatan mengajar anak sendiri, dulu kita kan ngajar anak orang. Masa anak sendiri malah diajarin orang."
  
Dia tentu bukan manusia sempurna. Sering juga saya ngambek karena ada hal yang ga saya suka, tapi kata kakak kelas dalam sebuah status fesbuknya, "kalo lagi marah sama suami, kenang semua kebaikan dia. Karena kalo nggak, bakal keluar semua hal buruk tentang dia yg tadinya kita sudah lupa, sampe hal2 terkecil yang mungkin sudah lewat bertahun2 lalu terjadinya". Cewek gitu lohh!! :P

Happy anniversary!! Tak pernah menyangka bahwa pernikahan ini menghadirkan begitu banyak warna dalam kehidupan saya. Menjadi istri dan ibu adalah prestasi dan anugerah terbesar dalam hidup saya. Ibadah seumur hidup, yang muaranya adalah ke syurga bersama, InsyaAlloh.


together we can!!

Friday, 26 July 2019

ICV ke PAGARALAM


Kantor2 vertikal di DJP punya satu acara wajib setiap tahunnya, Internalisasi Corporate Value, intinya semacam penguatan nilai-nilai DJP (Kemenkeu, pada umumnya) buat para pegawai. Acara ini biasanya dipake sama para kantor untuk ngadain kegiatan2 yang merefresh diri pegawai. Untuk tahun ini, kantor saya ngadain ICV di Pagaralam.

Sebenernya ini bukan kali pertama kantor tempat saya bertugas ngadain ICV ke Pagaralam. Dua kantor sebelumnya pun pernah ngadain ICV ke Pagaralam, tapi saya ga ikut keduanya, karena lagi hamil. Iya, dua2nya pas banget saya hamil anak pertama dan kedua. Jadi saya punya alesan yang kuat buat ga ikut :D.

Nah..kali ini ga ada alesan donk. Jujur aja, rasanya berat untuk ninggalin anak2 di weekend, 3 hari 2 malem. tapi, waktu bilang sama suami, beliau langsung bilang kalo kami pergi semua aja. Berangkat lebih awal, biar ga capek banget. Iyeyyyy, senangnya hatikuuu!!!

Jumat, 19 Juli kami berangkat ke Pagaralam. Saya dan suami ambil cuti 1 hari. Temen2 kantor saya berangkat Jumat malem sepulang kerja, jadi malem pertama akan dilalui di bus. Tentu kondisi ini ga cocok buat kami yang bawa anak2 kecil. Perjalanan lancar aja, kami berangkat jam 06.00, jam 11.00 sampe di Lahat. Setelah makan siang kami lanjut ke Pagaralam, dan sampe di jam 13.15. Kami jalan2 sebentar sebelum ke hotel, karena baru bisa check in di jam 14.00. Kami nginep di D'Cabin Hotel, hotel ditengah2 kebun teh. Konsepnya glamping, jadi kamar2nya berbentuk tenda, tapi isinya modern, lengkap dengan AC, yang pada akhirnya ga dipake karena udah dingin. Hotel ini recommended buat yang bawa keluarga, karena ditengahnya ada taman besar buat anak2 main. Hotel ini isinya cuma 6 kamar yang mengelilingi taman, kayak cluster gitu bentuknya. Ada dapur umum, dimana kita bisa masak atau sekedar bikin kopi. Oiya, kita bisa pesen makanan dan minuman dengan harga terjangkau banget. Cocok deh buat yang males kemana2 kayak kami. Ratenya untuk weekdays Rp 450.000, untuk weekend Rp 500.000, udah dapet sarapan nasi goreng. 

interior kamar

Besoknya, ICV dimulai, kami check out trus langsung ke Villa Gunung Gare, tempat acara dimulai. Dari hotel kami cuma 5-10 menit kesana. Sampe di lapangan depan villa, kami senam bersama, sarapan, kemudian main games. Alhamdulillah anak2 kooperatif. Rafs dan Maulana dijagain ayahnya, Iskandar di gendongan saya karena sudah waktunya bobok pagi :D.

Setelah selesai, kami beranjak ke Green Paradise, semacam hutan kecil, dengan beberapa jenis wahana. Ada kumpulan hewan, kolam ikan, dan air terjun kecil. Anak2 suka di air terjun kecilnya, soalnya mereka bisa main air.

Cuma 30 menit untuk selanjutnya jalan lagi ke Tangga 2001. Ini kebun teh, dengan tangga yang banyak. Tempatnya sejuk walaupun waktu menunjukkan pukul 11.30. Kami pun berfoto dengan berbagai pose. Acara selanjutnya adalah solat, lalu ke Dempo Park sekaligus makan siang disana. Dempo Park ini isinya kayak TK, banyak mainan anak2, kayak perosotan, jungkat-jungkit, ayunan, dan lain2. Anak2 seneng banget kesini sampe tidur2an nyobain mainannya :D.

tangga 2001, langitnya tjakeppp
Setelah selesai, acaranya lanjut ke toko oleh2, tapi kami ga ikut. Kami menuju hotel villa Gunung Gare untuk istirahat. Hotel villa ini adalah bagian dari villa Gunung Gare. Kalo villa yang ditempati temen2 saya adalah villa berisi 3 kamar, hotel villa ini cuma kamar biasa tapi terpisah satu sama lain. Hotel semi villa mungkin bahasanya >.<. Ini kami pesen sendiri, terpisah dari temen2 yang lain, dengan rate Rp 500.000 di weekend. Kamipun mandi, istirahat, dan makan malem. Fyi, hotel dan villa ini punya jasa resto anter ke kamar, makanannya variatif, rasa enak (ga istimewa banget), dan harga termasuk murah.

Jam 19.40 kami diminta kumpul untuk acara malem. Acaranya api unggun, tuker kado, dan pembagian doorprize. Bagian ini saya ga bisa cerita banyak karena ga ikut sampe selesai :D. Iskandar tidur di gendongan (lagi), dan kami mutusin untuk balik ke kamar.

anak kanguru, kemana2 masuk gendongan :D

Besoknya saatnya pulang ke Palembang. Saya ikut kumpul dulu untuk penutupan, sebelum akhirnya kami berpisah dari rombongan. Alhamdulillah, jam 15.00 kami sudah sampe di Palembang. Rasanya capek juga karena perjalanan jauh, tapi anak2 keliatan happy dan menikmati. Jadi hilang deh capeknya.

Pekerjaan dan keluarga seperti dua sisi mata uang. Saat satu sisi berada diatas, maka sisi lainnya harus berada dibawah. Saat ini saya belum bisa mengambil keputusan untuk meninggalkan pekerjaan, namun sadar betul bahwa keluarga adalah yang paling utama, diatas segalanya. Dan kali ini kami berhasil menjalankan sinergi untuk keduanya, rasanya menyenangkan sekali. \(^^)/

my loph, thanks for everything. Kiss.

what's up, lyfe?


Sudah lama ga posting lagi. Ini update kejadian-kejadian belakangan ini. Ada banyak sebenernya yang bisa ditulis, semoga inget semuanya :D.

Tanggal 17 April 2018, pilpres Indonesia, sekaligus hari ulang tahun mama, Icha (adek saya) melahirkan, lebih awal satu bulan dari perkiraan. Besoknya mama-bapak langsung berangkat ke Bandung, yang artinya kami ditinggal!! Hiks.

Trus 6 Mei mulai Ramadhan, anak2 ditinggal dirumah kami (biasa ditinggal di rumah mama), diliburin dulu sekolahnya, soalnya agak repot karena biasanya Bapak yang anter jemput. Pertengahan Ramadhan, mama-bapak pulang, lebih awal dari rencana mau lebaran di Bandung. Lebaran hari pertama kami di Palembang, kumpul dengan keluarga mama seperti biasa. Besoknya mudik ke dusun mertua. Alhamdulillah anak-anak kooperatif. Cuma 2 malem, trus kami balik ke Palembang karena suami sudah harus masuk kerja. Saya nambah cuti 5 hari karena mbak2 belum pada dateng.


Seminggu setelahnya, drama dimulai. Mbak yang balik kerumah cuma 1, yang 1-nya milih untuk kerja di Jakarta. Tadinya sudah ada pengganti, tapi di detik2 terakhir keberangkatan malah ga jadi. Akhirnya sepakat untuk minta tolong mbak yang satunya menjaga sekalian 3, ditemenin mama-bapak, sampe kami dapet penggantinya. Sempet dapet mbak baru, tapi cuma bertahan 2 hari. Kami kaget, kecewa, marah, tapi yaa..itulah drama asisten. Kami mutusin untuk nunggu lagi aja, sambil suami ngubungin ayuk ipar dari dusun untuk bantuin, karena ga lama lagi mama-bapak berangkat haji. Alhamdulillah, cuma selang seminggu kemudian, kami dapet mbak baru, ditambah ayuk ipar jg dateng sama keponakan yang baru lulus SMA buat bantuin.


Tanggal 15 Juli 2019, hari pertama sekolah, Kakak Rafs jadi anak SD. Sudah masuk dari hari Jumat sebelumnya untuk bagi kelas. Terus terang, yang gugup sebenernya malah ibunya :D. Saya khawatir kakak rafs ga bisa duduk diem ngikutin pelajaran. Bismillah aja pokoknya. Alhamdulillah sampe sekarang kakak rafs seneng banget sekolah. Walaupun pulangnya jam 14.00, dia keliatan enjoy aja.



Besoknya, tanggal 16 Juli, mama-bapak berangkat haji. Kami cuma bisa anter sampe KBIH, selanjutnya jamaah akan dibawa ke asrama haji untuk dilakukan pemeriksaan sampe besoknya berangkat ke Madinah.

Keberangkatan haji mama-bapak ini kayak dreams come true bangetlah. Saya inget betul, dari dulu mama kepengen banget naik haji. Setiap ada uang lebih pasti ditabung, tapi yaa itu dia, ga cukup2, karena banyak keperluan.



Sampe di tahun 2011, saya sudah mulai kerja, dan ada program dana talangan pas jaman itu. Alhamdulillah semuanya dimudahkan, mama-bapak daftar haji dan dapet nomor porsi dengan perkiraan keberangkatan tahun 2019. Setiap tahun mama-bapak rajin ngecek, siapa tau bisa maju berangkatnya. Alhamdulillah tahun lalu, sudah bisa dipastiin bakal berangkat tahun ini. Makanya waktu akhirnya mama-bapak bisa berangkat rasanya lega banget. Kami anak2nya bisa anter dan secara kemampuan sudah sangat bisa ditinggal, memanglah rencana Alloh tidak pernah salah. InsyaAlloh nanti kembali menjadi haji yang mabrur.



Cukup dulu lyfe updatesnya, nanti disambung lagi. Bye!

Wednesday, 27 March 2019

Setahun pertama anak ketiga


Bontot kami kemarin genap satu tahun. Saya mau mengingat2 kembali saat2 pertemuan pertama kami :)

HPL saya tanggal 10-12 April 2018. Saya udah itung2, tanggal berapa minimal dan maksimal mulai cuti lahiran, karena itu mempengaruhi tanggal berapa selesai cutinya. Saya mau ngepasin tanggal masuk kantornya 1-2 minggu setelah lebaran, setelah dapet mbak baru buat nemenin anak2 selama saya kerja. Akhirnya saya memutuskan untuk cuti per 1 April, sekaligus nyelesain dulu urusan penerimaan SPT Tahunan, annual big event Direktorat Jenderal Pajak.

Tapi makin lama makin berat rasanya badan. Saya pikir kalo sibuk dikantor, bakal lebih ga berasa hamilnya, tapi capek ga bisa bohong :D. Akhirnya ngajuin cuti untuk tanggal 26 Maret, dengan pertimbangan bisa leyeh2 dulu dirumah seminggu sebelum persiapan lahiran.

Kamis sebelum saya cuti, kami kontrol ke dokter kandungan langganan, dan beliau bilang bayinya sudah cukup umur dan besar. Memang perhitungannya sudah kurang lebih 38 minggu. Oiya, kami sejak awal sudah ngerencanain buat lahiran dengan operasi caesar karena riwayat kelahiran sebelumnya, juga karena kami berniat untuk melakukan KB tubektomi (ini akan dibahas tersendiri nanti..kalo ga lupa :p). Nah, trus dokternya langsung nawarin rencana operasi, mau senin atau jumat minggu depannya. Suami langsung donk minta senin, dia orangnya banyakan cemasnya, pengennya ga ditunda2. Dokter pun langsung bikin rujukan dan kasih tau apa yg harus dilakuin dan disiapin menjelang lahiran.

Minggu malem, saya mulai puasa dari jam 10. Dokter memang minta begitu biar saya siap dioperasi jam 7 pagi. Kami terus berangkat kerumah mama kayak biasa, nyiapin Rafsanjani sekolah dan mandiin-suapin Maulana. Saya lalu berangkat ke RS sekalian nganter Rafsanjani sekolah, sama suami dan mama, Bapak nyusul naik motor. Sebelum berangkat, saya cium Maulana, titip pesen mbaknya untuk jaga Maulana selama saya di RS, lalu pamit ke mertua yang tinggal buat nemenin anak2 selama saya di RS. Udah nahan2 buat ga nangis, tapi yaa ga berhasil :D. Saya takut, nanti ga bisa kembali. Saya tau pasti proses melahirkan ini perjuangan hidup dan mati.

 Sampai di RS, saya menjalani serangkaian prosedur pemeriksaan. Lalu hasilnya keluar, HB saya rendah, cukup mengkhawatirkan untuk menjalani operasi. Dokter jaga langsung menghubungi PMI, alhamdulillah ada 1 kantong darah, sementara itu suami nyari donor lainnya buat persiapan. Saya disuruh menunggu, operasi kemungkinan jam 12an nunggu darah siap. Dokter jaga menghubungi dokter kandungan saya, dan dokter saya dengan santai dan tegas nyuruh bawa saya ke ruang operasi. HB rendah bisa jadi karena saya sudah puasa sejak malem atau karena kurang tidur sih.


Sepanjang perjalanan menuju ruang operasi, saya ditemenin suami, mama, bapak, dan tante saya. Ga berenti mulut komat kamit, rasanya sudah di level pasrah maksimal. Cuma Alloh yang tau apa takdir buat saya. Saat2 saya semakin sadar betapa manusia ga punya kuasa sama sekali, bahkan atas dirinya.

Masuk keruang operasi, bertemu tim dokter yang akan bertugas, berdoa bersama, lalu operasi dimulai. 10-20 menit sampai akhirnya ada tangisan. Bidan anaknya nunjukin anak saya sebelum akhirnya dibawa keluar untuk segala prosedur pencatatan dan pemeriksaan. Jangan tanya kayak apa rasanya, bisanya cuma nangis :D. Alloh saja yang tau betapa leganya melihat anak saya lahir sehat sempurna, seperti doa2 yang selalu saya panjatkan sepanjang kehamilan.


Singkat cerita, saya dibawa ke ruang rawat dan disuruh makan karena maag saya mulai kambuh saat operasi tadi. Suami tanya mau apa, dan saya jawab dengan cepat "pizza!" :D, kebetulan RSnya memang sebelahan sama Pizza Hut.

Sekarang sudah 1 tahun, padahal rasanya baru aja kemarin. Anak itu kami beri nama Ahmad Iskandarsyah Riyandi. Sang bungsu yang ceria dan ramah. Dia akan senyum ke semua orang yang dia liat. Giginya sudah 4, besar2 dan kuat. Postur badannya cenderung lebih besar daripada kakak dan abangnya. 

Iskandar, yang hadir tanpa kami rencanakan sama sekali, menjadi anugerah tak ternilai pelengkap kebahagiaan dirumah kami. Dia yang suka makan, seringkali dimarahin kakak-abangnya karena ngabisin jatah mereka :D. Adik yang dicintai kakak-abangnya, yang suka marah karena sering dijadiin mainan, yang paling dicari kalo bangun tidur atau pulang sekolah.

Kamu hadiah besar dari Alloh, yang Alloh beri sepaket dengan berbagai rezeki lain untuk keluarga kita. Kecukupan dalam semua kebutuhan, mbak2 yang baik, kebahagiaan, kasih sayang, kekompakan, semua kumplit Alloh beri untuk kita.

Syukur kami tak terhingga pada Sang Pemilik Semesta yang memilihkan kami menjadi orangtuamu. Jalan kita masih panjang, tapi kita akan melaluinya bersama-sama, insyaAlloh.

Sunday, 3 February 2019

resolusi dan gowes ala buibu

Haihooo.. Sudah tahun baru. Time flies banget yaaa..

Postingan pertama di tahun 2019 ini mau cerita soal resolusi aja ah.
Telat banget kan?? :D

Many things will happen this year, insyaAlloh. Rafsanjani masuk SD, Maulana mulai sekolah. Ini dua dari sekian banyak rencana.

Beberapa highlight resolusi saya tahun ini adalah : sekolah lagi (dengan beasiswa), lebih dekat dengan Alquran, berangkat umroh, dan olahraga.

Mari bahas yang terakhir yukz. OLAHRAGA. Iya, OLAHRAGA!!
Buat yang kenal saya, pasti tau betapa tidak sukanya saya dengan hal satu itu. Dulu waktu SMA ikut karate, tapi abis tu ga pernah olahraga sama sekali, kecuali mata pelajaran olahraga di sekolah :D.

Waktu hamil juga kan disuruh banyak olahraga, nah..saya hampir ga pernah, kecuali jalan kaki. Inipun jalannya buat cari makanan :D.

Lalu, di wilayah kantor kami belakangan ini, lagi ngehits gowes2an alias sepedaan. Seperti biasa, saya ga tertarik. Ga punya sepeda, ga suka olahraga, ga berani naik sepeda di jalan raya. Paket kumplit! Sampai di hampir penghujung Desember 2018, saya iseng bilang ke mbak sebelah meja saya, bahwa saya mau sepedaan nanti2 kalo udah dapet mood. Ndilalah, beberapa hari berikutnya saya dimasukin ke WAG gowes kantor. Silent reader aja. Eh trus, tiap ketemu anggota2nya, saya diajakin, dipanasin, bahkan sampe didatengin.

Akhirnya saya ijin ke suami. Ijin ikut sepedaan di Jumat pagi, juga ijin pinjem sepedanya. Kebetulan sepedanya baru diservis karena bulan sebelumnya suami ikut acara gowes kantor pajak se-Palembang.

Pertama kali ikutan, ada belasan orang yang join, rutenya ga jauh menurut saya, lurus dan mulus. Ga lupa sarapan di martabak telor paporit sebelum balik kantor. Daaaannn..waktu dievaluasi, ternyata perjalanan kami 16 KM. Baru pertama dan langsung ENAM BELAS KILO!!

Balik kantor, mandi dan mulai kerja. Jam 9an a.k.a. 1 jam setelahnya, itu dengkul Subhanalloh.. kayak mau lepas. Bukan sakit, bukan pegel, ngilu gitulah rasanya. Dan terus sampe malem. Tidur, besoknya ilang, alhamdulillah.

Pekan berikutnya, saya masih penasaran. Walau rasanya masih kebayang ga enaknya kaki pasca sepedaan minggu sebelumnya. Kakak2 dan mbak2 dikantor pada nyemangatin bilang sakitnya cuma pas pertama aja, selanjutnya ga lagi kalo rutin. Waktu minta ijin ke suami, dibilangin "kalo kira2 sakit, ga usah aja" :D. Gara2 dia liatin saya minggu sebelumnya semaleman mukulin dengkul buat ngilangin rasa ga nyamannya. Tapi saya akhirnya bilang,"sekali lagi ini. Kalo masih sakit2, berhenti beneran".

Akhirnya tetep jadi berangkat, lebih jauh, lebih menantang rutenya. Banyak belokan, tanjakan, lebih rame juga. Entah berapa kilometer. Balik ke kantor seabis sarapan bakso, mandi, dan kerja kayak biasa. Daaaannnn...no sakit, no pegel! Iyeeeyyy!! Bahagianyaa akuuuuu..

Trus kan ga tiap minggu saya sepedaan, kadang ada absennya juga. Tapi pas sepedaan minggu berikutnya ga lagi berasa sakit kayak pas pertama banget. Akhirnya saya menyimpulkan, otot2 kita itu beneran kayak karet, pas narik yang pertama kali, yang bikin melar itu sakit. Tapi abis itu, kalo udah melar ga masalah ditarik2 lagi. MasyaAlloh, betapa sempurnanya ciptaan Alloh.

Oiya, kali aja ada yang penasaran kenapa saya pilih sepedaan dibanding olahraga lain. Ini testi pribadi yaa.. Jadi bisa beda pendapat asama yang lain :

1. lebih gampang berkeringat. Saya udah sering kan ikutan senam pagi dikantor, dan jarang banget keringetan. Waktu sepedaan ini, baru gowes beberapa meter aja, keringet udah ngalir. Berasa lebih sehat aja.

2. lebih cepet LDR (Let Down Reflex). Buat buibu menyusui pasti udah ga asing istilah ini. Nahh..biasanya saya LDR dikantor jam 10-11an. Tapi kalo abis gowes, biasanya jam 8an udah kerasa. Analisis saya sih mungkin karena aliran darah lebih lancar, atau bisa juga karena happy \(^^)/.

3. fun. Beneran ini. Diatas sepeda, angin sepoi2 menerpa muka (ceileeeh)..rasanya asik banget, damai dan tenang. Somehow, saya merasa ini 'me time' versi seriusan. :D


Dah ah, cukup dulu. Semoga tercapai resolusinya. Yang paling penting sehat2 semua dan jangan lupa bahagia!! Muachh.