Wednesday, 27 March 2019

Setahun pertama anak ketiga


Bontot kami kemarin genap satu tahun. Saya mau mengingat2 kembali saat2 pertemuan pertama kami :)

HPL saya tanggal 10-12 April 2018. Saya udah itung2, tanggal berapa minimal dan maksimal mulai cuti lahiran, karena itu mempengaruhi tanggal berapa selesai cutinya. Saya mau ngepasin tanggal masuk kantornya 1-2 minggu setelah lebaran, setelah dapet mbak baru buat nemenin anak2 selama saya kerja. Akhirnya saya memutuskan untuk cuti per 1 April, sekaligus nyelesain dulu urusan penerimaan SPT Tahunan, annual big event Direktorat Jenderal Pajak.

Tapi makin lama makin berat rasanya badan. Saya pikir kalo sibuk dikantor, bakal lebih ga berasa hamilnya, tapi capek ga bisa bohong :D. Akhirnya ngajuin cuti untuk tanggal 26 Maret, dengan pertimbangan bisa leyeh2 dulu dirumah seminggu sebelum persiapan lahiran.

Kamis sebelum saya cuti, kami kontrol ke dokter kandungan langganan, dan beliau bilang bayinya sudah cukup umur dan besar. Memang perhitungannya sudah kurang lebih 38 minggu. Oiya, kami sejak awal sudah ngerencanain buat lahiran dengan operasi caesar karena riwayat kelahiran sebelumnya, juga karena kami berniat untuk melakukan KB tubektomi (ini akan dibahas tersendiri nanti..kalo ga lupa :p). Nah, trus dokternya langsung nawarin rencana operasi, mau senin atau jumat minggu depannya. Suami langsung donk minta senin, dia orangnya banyakan cemasnya, pengennya ga ditunda2. Dokter pun langsung bikin rujukan dan kasih tau apa yg harus dilakuin dan disiapin menjelang lahiran.

Minggu malem, saya mulai puasa dari jam 10. Dokter memang minta begitu biar saya siap dioperasi jam 7 pagi. Kami terus berangkat kerumah mama kayak biasa, nyiapin Rafsanjani sekolah dan mandiin-suapin Maulana. Saya lalu berangkat ke RS sekalian nganter Rafsanjani sekolah, sama suami dan mama, Bapak nyusul naik motor. Sebelum berangkat, saya cium Maulana, titip pesen mbaknya untuk jaga Maulana selama saya di RS, lalu pamit ke mertua yang tinggal buat nemenin anak2 selama saya di RS. Udah nahan2 buat ga nangis, tapi yaa ga berhasil :D. Saya takut, nanti ga bisa kembali. Saya tau pasti proses melahirkan ini perjuangan hidup dan mati.

 Sampai di RS, saya menjalani serangkaian prosedur pemeriksaan. Lalu hasilnya keluar, HB saya rendah, cukup mengkhawatirkan untuk menjalani operasi. Dokter jaga langsung menghubungi PMI, alhamdulillah ada 1 kantong darah, sementara itu suami nyari donor lainnya buat persiapan. Saya disuruh menunggu, operasi kemungkinan jam 12an nunggu darah siap. Dokter jaga menghubungi dokter kandungan saya, dan dokter saya dengan santai dan tegas nyuruh bawa saya ke ruang operasi. HB rendah bisa jadi karena saya sudah puasa sejak malem atau karena kurang tidur sih.


Sepanjang perjalanan menuju ruang operasi, saya ditemenin suami, mama, bapak, dan tante saya. Ga berenti mulut komat kamit, rasanya sudah di level pasrah maksimal. Cuma Alloh yang tau apa takdir buat saya. Saat2 saya semakin sadar betapa manusia ga punya kuasa sama sekali, bahkan atas dirinya.

Masuk keruang operasi, bertemu tim dokter yang akan bertugas, berdoa bersama, lalu operasi dimulai. 10-20 menit sampai akhirnya ada tangisan. Bidan anaknya nunjukin anak saya sebelum akhirnya dibawa keluar untuk segala prosedur pencatatan dan pemeriksaan. Jangan tanya kayak apa rasanya, bisanya cuma nangis :D. Alloh saja yang tau betapa leganya melihat anak saya lahir sehat sempurna, seperti doa2 yang selalu saya panjatkan sepanjang kehamilan.


Singkat cerita, saya dibawa ke ruang rawat dan disuruh makan karena maag saya mulai kambuh saat operasi tadi. Suami tanya mau apa, dan saya jawab dengan cepat "pizza!" :D, kebetulan RSnya memang sebelahan sama Pizza Hut.

Sekarang sudah 1 tahun, padahal rasanya baru aja kemarin. Anak itu kami beri nama Ahmad Iskandarsyah Riyandi. Sang bungsu yang ceria dan ramah. Dia akan senyum ke semua orang yang dia liat. Giginya sudah 4, besar2 dan kuat. Postur badannya cenderung lebih besar daripada kakak dan abangnya. 

Iskandar, yang hadir tanpa kami rencanakan sama sekali, menjadi anugerah tak ternilai pelengkap kebahagiaan dirumah kami. Dia yang suka makan, seringkali dimarahin kakak-abangnya karena ngabisin jatah mereka :D. Adik yang dicintai kakak-abangnya, yang suka marah karena sering dijadiin mainan, yang paling dicari kalo bangun tidur atau pulang sekolah.

Kamu hadiah besar dari Alloh, yang Alloh beri sepaket dengan berbagai rezeki lain untuk keluarga kita. Kecukupan dalam semua kebutuhan, mbak2 yang baik, kebahagiaan, kasih sayang, kekompakan, semua kumplit Alloh beri untuk kita.

Syukur kami tak terhingga pada Sang Pemilik Semesta yang memilihkan kami menjadi orangtuamu. Jalan kita masih panjang, tapi kita akan melaluinya bersama-sama, insyaAlloh.

No comments:

Post a Comment