Monday, 6 July 2020

Baca Pesan Ini Tiap Kau Merasa Lelah

Pernah ga sih ngerasa kerja sendirian kayak ditinggalin, sementara yang lain ga peduli?
Pernah ga sih ngerasa kayak dikorbanin, sementara yang lain asyik sendiri, meninggalkan dan melupakan tanggung jawabnya?

Yang selalu jadi motivasi adalah anak2 yang harus kuberi uang halal hasil kerjaku, bukan hasil bengong dan nyuruh orang lain ngerjain kerjaanku. 

Keberkahan yang kucari, tak sekedar banyaknya materi. Keluarga yang sehat, anak2 yang pintar, masalah2 yang bearable dan solvable, cuma sebagian dari keberkahan yang kuyakini harus selalu kuperjuangkan.

Ga usah mikirin kenapa orang lain biasa aja kalo kerjanya ga maksimal, sementara aku punya rasa bersalah yang besar tiap kali menunda pekerjaan.

Karena hidupku berbeda dengan hidup mereka, dan DIA tak pernah salah dalam menghitungnya.

Wednesday, 3 June 2020

Perpanjang SIM di Polresta Palembang (tanpa calo, of course!)

Kali ini mau posting yang berfaedah dulu. Kalo biasanya posts saya tentang keluarga, kantor, atau diri sendiri (haha), kali ini mau coba posting informasi soal proses memperpanjang SIM A di Palembang.

Tanggal lahir saya kan 22 April, jadi untuk SIM ini masa berlakunya habis di tanggal ulang tahun kita periode 5 tahunan. Saya sudah siap tahun ini mau memperpanjang SIM di bulan April, tapi pandemi Covid 19 yang menimpa Indonesia dan hampir seluruh dunia membuat semua kondisi berubah. Memperpanjang SIM ini wajib karena kalo ga, bakal ga bisa kemana2 saya. Sekarang atau nanti, masih harus diperpanjang juga. Akhirnya saya memutuskan memperpanjang SIM 2 minggu sebelum habis masa berlaku, dengan pertimbangan masih WFH dan belum Romadhon. Saya biasa memperpanjang SIM melalui layanan SIM keliling. Menurut saya enak aja karena sekali masuk mobil layanan SIM keliling, begitu keluar langsung dapet SIMnya. Seluruh proses memakan waktu 10-15 menit, diluar antri yaa..

Nah, karena Covid 19, Polresta Palembang menutup semua layanan SIM kelilingnya. Ini sudah saya konfirmasi ke temen SMA yang kerja di Polresta Palembang. Dia bilang, untuk memperpanjang SIM, cuma dilayani di Polresta Palembang dan OPI Mall. Akhirnya kami (saya dan suami) memutuskan untuk datang ke Polresta Palembang karena kami ga tau kondisi di OPI Mall kayak gimana.

Kami baca syarat2nya di internet, biar ga bolak balik, yang kira2 perlu dibawa aja semua.
Syarat2nya :
1. Fotokopi KTP 
2. SIM lama
3. Uang (130.000)


Yang pertama harus dilakukan adalah cek kesehatan, ini tempatnya di lorong sebelah Polresta, lewatin pasar, sekitar 200 meter dari Polresta. Semua orang sudah pada tau sih, jadi nanya aja, pasti diarahin. Pas mau masuk, kami ditanya sudah punya map atau belum. Karena belum punya, kami diarahin ke penjual map. Ini beneran improvisasi yaa, ga harus. Jadi kalo sudah bawa map, ga masalah. Kalo ga beli sama dia juga ga masalah. Setelah itu kami disuruh menyerahkan fotokopi KTP ke loket dan nunggu dipanggil. Karena situasinya lagi pandemi Covid 19, syarat tambahannya adalah wajib pake masker. Banyak yang ga dibolehin masuk karena masih bandel dateng tanpa masker.

Setelah dipanggil, kita akan diwawancara untuk isi formulir. Pertanyaannya seputar data pribadi, kayak pendidikan terakhir, tinggi dan berat badan, dll. Setelah lewat orang pertama, lanjut ke orang kedua. Disini cek mata dan buta warna, kayak biasa kita disuruh baca huruf di dinding dan angka di buku yg penuh warna2. Setelah lewat juga, kita ke orang ketiga untuk bayar. Biayanya Rp 50.000. Setelah itu kita dikasih surat keterangan sehat. Total waktu disini ga termasuk antri sekitar 5 menit. Cepet aja. Setelah diluar, saya cek surat keterangan sehatnya, ternyata yang ngetes kesehatan tadi adalah vendor atau subkon istilahnya, bukan dari Polresta.

Setelah itu kami kembali ke Polresta, ada ruangan dengan tulisan 'tempat pembayaran dan pengisian formulir' (tepat kata2nya saya lupa :D). Kami masuk kesini. Tempatnya nyaman, ada AC, kamar mandi, dan meja-kursi untuk ngisi formulir. Pertama yang dilakukan adalah membayar Rp 80.000 ke kasir. Kasirnya ini dari BRI, jadi standar layanan bank lah yaa. Trus ke meja sebelahnya, dikasih formulir. Kami isi, lalu diperlihatkan kembali ke meja formulir. Setelah diperiksa dan oke, kami disuruh ke ruangan seberangnya untuk foto. 

Pertama, kita kasih semua berkas : Formulir, SIM lama, surat keterangan sehat, dan fotokopi KTP. Trus nanti dikasih nomor antrian. Kami sampe disana jam 12an. Sudah laper sih, pengen ditinggal makan tapi takut kelewat. Alhamdulillah petugasnya tetep manggil di jam istirahat walaupun lebih lambat. Setelah dipanggil, kita masuk ke ruangan foto. Disana kita diverifikasi kembali datanya, lalu foto, tanda tangan dan cap jari. Setelah itu keluar ke ruang tunggu lagi untuk dipanggil ngambil SIM yang sudah jadi.

Kami sampe di Polresta sekitar jam 10.00 dan selesai jam 13.00. Kayaknya kalo lebih pagi, bakal lebih cepet deh. SIM-nya sudah yang format baru. Lebih berwarna, trus yang beda juga adalah masa berlakunya. Kalo sebelum2 ini kan masa berlaku sesuai tanggal lahir, sekarang sesuai tanggal buat. Suami saya sebenernya masa berlaku SIM-nya masih sampe November 2020 nanti, tp karena sekalian perpanjang bareng saya, masa berlakunya jadi sampe April 2025, kepotong setengah tahun :D.

Kelebihan dari perpanjang SIM di Polresta daripada di mobil Layanan SIM Keliling adalah lebih murah 20 ribu (penting!). Kalo di mobil SIM Keliling biasanya Rp 150.000. Tapi selain itu, kayaknya lebih enak memperpanjang SIM di mobil SIM Keliling deh daripada di Polresta. Muter2 karena belom Layanan Satu Atap, jadi makan waktu dan tenaganya parah banget.

Demikianlah informasi dari saya, semoga bermanfaat :D. Dan semoga pandemi ini segera berlalu supaya semuanya bisa normal kembali.

ini hasil SIMnya. Itu ngeditnya asal banget ;)

Friday, 22 May 2020

ramadhan yang berbeda

30 Ramadhan 1441 H.

Hari ini hari terakhir Ramadhan. Ramadhan yang berbeda dari sebelumnya. Ga pernah terbayang bahwa akan melewati Ramadhan seperti ini. Dari awal tahun, bahkan ada yang dari tahun lalu sudah merancang akan berpuasa dan berlebaran seperti apa tahun ini. Tapi mudah saja Alloh mengubah semuanya.

Covid 19, virus yang entah saya ga tau persisnya kapan mulai ada di bumi. Awalnya saya hampir ga peduli. Saya pikir ini penyakit 'biasa', yang mewabah dan akan hilang. Ditambah lagi, Indonesia waktu itu ga heboh2 banget. Yang banyak terinfeksi adalah orang2 di China, so far away dari sini. Tapi tiba2, presiden menghimbau untuk melakukan semuanya dari rumah. Sekolah dan kantor diliburkan, tempat ibadah ditutup, pusat perbelanjaan dibatasi. 

Awalnya seneng2 aja karena bisa libur, 'kan ga pernah2. Tapi lama2 semuanya semakin serius, jumlah penderita makin banyak, yang meninggal ga berhenti setiap hari, libur ditambah, dianjurkan untuk ga kemana2, pake masker adalah wajib. Kondisi ini terjadi hampir di seluruh dunia, bahkan virus ini memakan korban yang sangat banyak di negara2 maju di benua Eropa. Lalu, Masjidil Haram dan Masjidil Nabawi ikut ditutup. Sedih rasanya.

Tak ada kejadian tak berhikmah. Kondisi saat ini menunjukkan betapa kuasanya Tuhan Sang Maha Pencipta, bahwa kita tak punya dan tak bisa apa2 tanpaNYA. Sekali DIA berkehendak, dunia bisa berubah. Kondisi ini juga membuat kita lebih fokus dengan keluarga, menghabiskan waktu bersama, masak sendiri setiap hari, menghilangkan kegiatan2 yang sebenernya ga penting2 banget, kayak jalan ke mall, makan diluar, dll.

Dan kondisi ini sampe juga di bulan Ramadhan. Ga ada keriuhan seperti Ramadhan biasanya, tapi semua harusnya bisa lebih khusyuk karena dirumah aja. Kalo dulu pernah mengandai2, "kayaknya enak kalo Ramadhan itu libur, biar bisa fokus ibadah, ga mesti kekantor 8 jam", sekarang Alloh kasih kesempatan itu. Entahlah seberapa banyak orang yang bisa memanfaatkannya.

Ramadhan kali ini juga berbeda untuk kami. Rafsanjani menjalani tahun pertama puasanya. Ga ada latihan setengah hari, langsung full sehari dan ga ada yang bolong, Alhamdulillah. Ini juga karena masih libur, mungkin kalo sekolah akan lebih berat tantangannya, Alhamdulillah. Mbak2 sudah pulang kampung lebih awal, ini seperti we time bagi kami berlima aja. Masa2 yang pasti akan kami kenang suatu saat nanti.

Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan ke-8 bagi saya setelah menikah, dan Ramadhan pertama bagi saya dalam keadaan normal, ga sedamg hamil ataupun menyusui. Kondisi yang (seharusnya) sempurna untuk beribadah, tapi tetep ada penyesalan ga bisa memanfaatkannya dengan baik.

Idul Fitri kali ini berbeda. Mudik dilarang, berkumpul dilarang, bahkan solat Id juga dilarang dilakukan di masjid. Meskipun begitu, Idul Fitri akan tetap datang, memberi kemenangan bagi semua orang yang berhasil dalam Ramadhannya.

Idul Fitri kali ini berbeda. Ga perlu baju dan sepatu baru, karena ga kemana2. Ga perlu banyak makanan dan minuman karena ga ada orang yang berkunjung. Secukupnya saja. Idul Fitri kali ini membuktikan bahwa Idul Fitri akan tetap datang walau dengan kesederhanaan. Bahwa Idul Fitri akan tetap datang walau kita tak pamer baju seragam di media sosial. Bahwa Idul Fitri akan tetap datang walau tak ada ketupat dan opor ayam.


Selamat Idul Fitri, semoga semua amal ibadah kita di bulan Ramadhan diterima dan diberkahi oleh Alloh.

Wednesday, 22 April 2020

ulang tahun

Alhamdulillah hari ini Alloh kasih umur 32 tahun.
Bangun pagi disambut pelukan dari suami, lalu gumpel2an berlima. Begitu mau masak, tiba2 dipanggil anak2, ternyata ayahnya beliin kue ulang tahun. Kami nyanyi dan makan sama2, yang berakhir dengan tangisan karena rebutan tiup lilin :D.

Sungguh syukur saja yang bisa saya sampaikan pada Sang Maha Pencipta yang telah menganugerahi segala hal yang saya miliki sekarang, juga segala momen yang menjadikan saya seperti hari ini. Apa yang saya punya dan saya alami sampai hari ini semata2 karena rahmatNYA.

Doa-doa baik dari banyak orang baik bertubi masuk melalui whatsapp saya, dan saya bersyukur berada di lingkungan yang baik.

Doa yang tak pernah saya tinggalkan adalah doa memohon kebaikan di dunia dan akhirat. Semoga Alloh Yang Maha Baik mengabulkannya.

muka bantal, tapi happy ^^

Wednesday, 18 December 2019

Umroh - Part 1, Persiapan

Akhir Oktober kemarin saya dan suami melakukan perjalanan dalam rangka ibadah umroh. Perjalanan ini sudah kami rencanakan jauh hari, alhamdulillah Alloh pilihkan waktu saat kondisi kami sudah benar2 siap. Siap dari segi finansial, waktu, terutama kondisi anak2 yang harus kami tinggalkan selama 9 hari.

Oiya, perjalanan ini adalah perjalanan pertama berdua (saja) sejak kami menikah. Kami ga sempat bulan madu karena keterbatasan cuti dan kerepotan kepindahan setelah menikah. Lalu merencanakan jalan2 di bulan berikutnya, tapi Alloh sudah menitipkan calon bayi rafs, dan kami memutuskan untuk ga jalan2 selama hamil. Setelahnya, bisa ditebak, kemanapun kami pergi, anak2 pasti ikut :D.

Persiapan keberangkatan ini ada banyak, saya coba sebutin part2 besarnya yaa..

Pertama, cari agen travel. Ini penting banget, karena semua diurus oleh mereka. Harus cari yang terpercaya, karena sudah terlalu banyak kasus soal agen umroh yang mangkir, dan berujung penipuan. Kami memilih Zafa Tour dan Travel. Tahun lalu, mertua juga berangkat dengan Zafa, dan testinya ga mengecewakan. Kami tau Zafa dari Ustadz Musliman. Beliau adalah ustadz yang menjadi perantara saat kami ta'aruf dulu, kami mengenal beliau dengan sangat baik, jadi insyaAlloh bisa dipercaya. Salah satu kelebihan Zafa adalah penerbangan langsung Palembang-Medina. Pertimbangan utama kami adalah efisiensi. Selain soal cuti yang terbatas, kami juga berat meninggalkan anak2 terlalu lama.

Sama kayak tour dan travel lain, banyak paket yang ditawarin Zafa. Ada paket hemat, biasanya ini transit via Kuala Lumpur atau Singapura. Ada juga yang transit Turki. Untuk paket2 tersebut, sudah pasti menambah panjang waktu perjalanan. Kami mengambil paket reguler 9 hari, dengan biaya Rp 23 juta, trus ambil tambahan Rp 2,5 juta per orang untuk bisa sekamar berdua. Jadi total Rp 25,5 juta, dikurang Rp 350 ribu, karena kami sudah punya paspor (semua paket di Zafa sudah termasuk biaya pembuatan paspor, jadi harga paket akan dikurangi kalo kita sudah punya paspor).

ini bagian belakang name tag jamaah, semua data ada disana
Persiapan kedua adalah pembuatan paspor. Bagi yang sudah punya, bagian ini bisa di-skip. Bagi yang belom punya, Zafa memfasilitasi pembuatan paspor ini. Oiya kelewat, salah satu keunggulan Zafa juga, setiap minggu Zafa memberangkatkan ratusan orang untuk umroh, bahkan dalam sebulan, pasti ada satu atau dua pemberangkatan yang sepesawat khusus jamaah Zafa semua. Jadi keteteran? Nggak juga sih, setiap 50 orang ada 1 pembimbing dari Palembang dan 1 pembimbing dari Arab.

Persiapan ketiga adalan vaksin meningitis alias kartu kuning. Ini jadi salah satu syarat untuk kita berangkat ke luar negeri, untuk pencegahan penyakit meningitis yang memang mematikan. Vaksin ini berlaku 2 tahun, dan harus disuntikkan paling lambat 2 minggu sebelum keberangkatan. Kalo di Palembang, layanan vaksin ini bisa didapet di Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Siapi-Api. Kami termasuk yang beruntung, karena baru2 ini sistem disana direformasi. Jadi sistem pelayanannya sudah online semua, cepet dan ga pake antri2.

Caranya, kita daftar via website KKP, pilih waktu sesuai dengan yang kita inginkan. Setelah itu, tinggal dateng ke KKP dengan membawa syarat2 sesuai yang tertera di website. Sampe sana kita registrasi ke loket dan langsung bayar. Mereka ga menerima pembayaran tunai, jadi harus pake m-banking atau mesin edc mereka (cuma ada BNI). Untuk yang ga punya, mereka akan suruh kita bayar di kantor pos terdekat, yang mana jaraknya lumayan jauh. Setelah selesai registrasi, untuk perempuan dengan usia produktif akan disuruh tes kehamilan. Setelah itu, langsung disuntik, dapet kartu kuning, dan selesai. Kalo ditotal, waktu yang diperlukan untuk menjalani semua rangkaian cuma sekitar 30 menit. Biayanya adalah Rp 305 ribu untuk umum, ada tambahan 25 ribu untuk wanita usia produktif.

Persiapan keempat adalah manasik. Sebenernya ini ga wajib. Manasik umroh bisa kita peroleh dari internet atau buku2. Zafa ngadain manasik 2 minggu sebelum keberangkatan. Selain tentang semua tata caranya, saat acara itu juga ada pembagian kelompok dan briefing singkat soal keberangkatan.

Persiapan kelima adalah ke dokter kandungan. Ini khusus untuk perempuan dengan usia produktif, yaitu untuk minta obat penunda haid. Sebenernya kalo yang siklusnya tepat dan jadwal keberangkatan bukan di jadwal haid, tanpa obat ini juga aman2 aja. Kalo saya, siklusnya 25-28 hari. Pas dihitung2, tanggal keberangkatan ini malah di tanggal saya harusnya haid, makanya saya harus minum obat penunda haid. Dokter kandungan yang saya temui ngasih saya obat yang lumayan banyak. Jadi menurut beliau, karena pas di tanggal haid, saya sudah harus minum 2 minggu sebelumnya untuk menekan hormon. Obatnya 2 kali sehari. Saya teratur banget minumnya, sampe bikin alarm. Berhasilkah? Nanti kita bahas di part selanjutnya yaa :D.

Persiapan keenam adalah beli paket untuk HP. Kami beli paket untuk 1 nomor HP aja, suami kekeuh pengen nyobain beli kartu disana. Kami beli paket dari XL, yang bisa untuk internet, telepon, dan sms. Harganya sekitar 300ribu, beli lewat Traveloka ada diskon. Persiapan ini juga opsi yaa, soalnya di hotel2 tempat kami nginep, wifinya kenceng kok. Kalo lagi di mesjid, ya ga buka hape juga kan. Biasanya perlu kalo kami mau saling menghubungi, misal setelah solat, suami terlambat ke tempat janjian karena harus ke kamar mandi, dll. Suami beli kartu disana, harganya 30 riyal, atau sekitar Rp 120 ribu.

Okedeh, cukup dulu tentang persiapan keberangkatan. Persiapan2 diatas semua yang melibatkan pihak lain yaa.. Kalo yang untuk diri sendiri dan keluarga yang ditinggal sesuai kondisi masing2 aja. Yang utama, memperbanyak ibadah dan berdoa tentu, supaya semua diberi kekuatan dan kemudahan.

Semoga part berikutnya ga lama2 banget dipost >_< . Aamiin.

tempat yang selalu dirindukan