Thursday, 16 October 2014

Rindu itu

Dulu..begitu ketemu mama waktu pulang ke Palembang kalo libur kuliah, saya pasti nangis sambil meluk mama. Rindu....yang tak terdefinisikan, tak juga sanggup untuk diucapkan. Rasanya lega dan bahagia, seolah semua akan baik-baik saja kalo ada mama.

Kemarin, saya pulang siang jenguk Rafsanjani. Tiga hari terakhir, saya ada urusan lain sehingga ga bisa pulang siang. Saya masuk lewat pintu belakang. Rafsanjani menghambur ke pintu depan, melihat ayahnya, kemudian terus berlari menuju motor, seperti mencari sesuatu. Saya panggil dia dari belakang. Rafsanjani noleh, setengah melompat begitu liat saya, lalu lari ke pelukan saya.

Ekspresinya, raut wajahnya, ga akan saya lupa. Mata berkaca-kaca, pekik bahagia yang tertahan, tangan mungil yang terbuka lebar. Mungkin sama kayak ekspresi saya tiap meluk mama dulu. 


Ini anugerah yang ga pernah terfikir sebelumnya:

"anugerah menjadi orang yang sangat penting bagi seseorang"

No comments:

Post a Comment